Friday, June 16, 2006

Antara Ibadah dan Pekerjaan

Antara Ibadah dan Pekerjaan
Grandsheykh Muhammad Nazim al-Haqqani
3 Februari 2002

Setan selalu mencoba untuk memisahkan manusia dari
ibadahnya, membuat mereka menunda ibadah karena
disibukkan dari pekerjaan satu disusul pekerjaan
lainnya. Manusia zaman sekarang selalu menginginkan
makanan segar. Gaya hidup manusia sombong yang tidak
mau makan dari makanan yang telah tersedia. Bagaimana
dengan Allah swt ? Bagi Dia, kalian berani mengirim
`makanan lama'. Begitu terdengar adzan , kalian harus
langsung sholat dan tinggalkan segala hal.

Siapapun yang membuat Allah murka pasti akan berakhir
masanya. Jangan mempekerjakan mereka yang tidak
shalat. Sebelum membangun sebuah pabrik, kalian harus
membangun masjid disana. Siapapun yang tidak shalat
dan yang tidak menyeru orang untuk shalat, kata
Allah , "Mereka adalah musuhku." Nanti di Siratal
Mustaqim, ada tujuh pertanyaan, satu diantaranya
adalah apakah kalian telah menyeru orang agar
beribadah. Tak ada yang membicarakan hal ini sekarang,
karena setiap orang disibukkan oleh gaji bulanan.

Ketika Abu Yazid Bistami bepergian, beliau tiba di
sebuah desa yang masih asing. Beliau sholat dibelakang
imam. Selesai sholat, sang imam
menyapanya : "Siapa anda ?" "Seorang hamba Allah."
"Apa pekerjaan anda? Apakah anda kerja di kebun, toko,
pabrik ? punya gaji bulanan ?"
" Saya pikir anda seorang muslim, seorang imam,
makanya saya shalat dibelakang anda. Tapi sekarang
anda meragukan darimana makanan saya berasal, berarti
anda meragukan Allah swt. Sebelum menjawabnya,
saya harus mengulang sholat saya dulu."

Setelah shalat, Abu Yazid berkata pada Imam :
" Mengapa anda tidak menanyakan kucing dan anjing,
bagaimana cara dia hidup ? `DIA' yang menyediakan
makanan bagi mereka, Dia juga yang menyediakan makan
Abu Yazid."

Manusia telah kehilangan keimanannya. Selama 60 tahun
orang-orang datang ke sini (kediaman Syaikh Nazim)
selalu tersedia roti dan sup, dan melalui barakah yang
mereka bawa, sayapun bisa hidup. Namun manusia selalu
terikat pada perutnya, sehingga mereka
kebingungan.

Salah satu tamu yang berkunjung hari ini berasal dari
Turki dan sering bersedekah untuk kaum muslim. Dia
punya sebuah pabrik peralatan dari baja, dan buatannya
adalah nomor satu di dunia. Dia mengirimi saya banyak
sekali dan saya berdoa baginya serta memberi nasihat
yang dia patuhi. Banyak pabrik bangkrut dan hanya dia
yang masih eksis. Dengan 300 pekerja, dia menjaga dan
meminta mereka agar selalu beribadah. Saya tekankan
agar tidak memberi toleransi bagi mereka yang tidak
beribadah. Ketika terdengar adzan, mereka harus
berhenti bekerja dan mengatakan : ` Matikan listrik,
mari kita shalat.'

Setelah mengirim peralatan rumah tangga, dia juga
mengirim apa yang kami butuhkan : kacang, gula, beras,
minyak, dan segala yang kami masak disini. Dia adalah
Sahibu-l khayrat wa hasanat. Dia yang
menolong Fuqara, maka Allah akan menolongnya. Jika dia
kirim satu, Allah kirim sepuluh. Jika dia kirim 100,
akan datang 1000 baginya. Sedekah di bulan Muharram
adalah 10 kali lebih berharga dibanding
bulan-bulan lain. Siapa yang memberi, maka bahan
pangannya tidak akan habis.

Bihurmati habib, bihurmati Fatiha.
Wa min Allah at Tawfiq

Saturday, February 11, 2006

Telaga Hati


TELAGA HATI

Suatu hari seorang tua bijak didatangi seorang pemuda yang sedang dirundung masalah. Tanpa membuang waktu pemuda itu langsung menceritakan semua masalahnya.

Pak tua bijak hanya mendengarkan dgn seksama, lalu ia mengambil segenggam serbuk pahit dan meminta anak muda itu untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya serbuk pahit itu ke dalam gelas, lalu diaduknya perlahan.

"Coba minum ini dan katakan bagaimana rasanya ", ujar pak tua.

"Pahit, pahit sekali ", jawab pemuda itu sambil meludah ke samping. Pak tua itu tersenyum, lalu mengajak tamunya ini untuk berjalan ke tepi telaga belakang rumahnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan dan akhirnya

sampai ke tepi telaga yg tenang itu. Sesampai disana, Pak tua itu kembali menaburkan serbuk pahit ke telaga itu, dan dgn sepotong kayu ia mengaduknya.

"Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah." Saat si pemuda mereguk air itu, Pak tua kembali bertanya lagi kepadanya, "Bagaimana rasanya ?"

"Segar ", sahut si pemuda.

"Apakah kamu merasakan pahit di dalam air itu ?" tanya pak tua.

"Tidak, " sahut pemuda itu.

Pak tua tertawa terbahak-bahak sambil berkata: "Anak muda, dengarkan baik-baik. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam serbuk pahit ini, tak lebih tak kurang. Jumlah dan rasa pahitnyapun sama dan memang akan

tetap sama. Tetapi kepahitan yg kita rasakan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki.? Kepahitan itu akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkannya. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu yg kamu dapat lakukan; lapangkanlah dadamu menerima semuanya itu, luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu."

Pak tua itu lalu kembali menasehatkan : "Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu adalah tempat kamu menampung segalanya.? Jadi jangan jadikan hatimu seperti gelas, buatlah laksana telaga yg mampu menampung setiap kepahitan itu, dan merubahnya menjadi kesegaran dan kedamaian."

Karena Hidup adalah sebuah pilihan..mampukah kita jalani kehidupan dengan baik sampai ajal kita menjelang..?

belajar bersabar menerima kenyataan adalah yang TERBAIK.

Monday, January 23, 2006

Percobaan


Hari ini aku coba2 register di blogspot
masih bingung gimana cara pakenya
hmmmm........
tanya ama siapa ya?
Coba aku pikir dulu kira2 siapa yg ngerti
sekalian belajar gratis....heheheheh